Kebanyakan perempuan Indonesia belum pernah melakukan deteksi dini kanker payudara, baik dengan metode periksa payudara sendiri (Sadari) maupun periksa payudara klinis di fasilitas kesehatan (Sadanis).
Hal ini tercatat dalam laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Menurut laporan tersebut, pada 2023 sebanyak 90,3% responden penduduk perempuan berusia 15 tahun ke atas tidak pernah melakukan pemeriksaan Sadari/Sadanis.
Hanya ada 3,5% responden yang melakukan pemeriksaan tersebut minimal sebulan sekali, 2,5% lebih dari satu tahun sekali, dan 2,1% minimal tiga bulan sekali.
Lalu responden yang mengecek payudara minimal enam bulan sekali dan setahun sekali masing-masing 0,8%.
Kemenkes menganjurkan pemeriksaan Sadari/Sadanis rutin dilakukan setiap bulan pada hari ke-7 hingga ke-10 sejak hari pertama haid, atau pada tanggal yang sama setiap bulan bagi perempuan yang sudah menopause.
Dengan melakukan Sadari/Sadanis secara berkala kanker payudara bisa diketahui sedini mungkin, dan bisa segera ditangani dengan peluang kesembuhan lebih dari 90%.
"Jika seorang wanita menemukan kelainan pada saat melakukan Sadari, dapat memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan Sadanis," demikian dikutip dari situs resmi Kemenkes.
(Baca: Kanker Lebih Banyak Dialami Perempuan Ketimbang Laki-laki)