Uji Vaksin Covid-19 Pfizer di AS: 2,1 Ribu Orang Meninggal

Menurut keterangan Kementerian Komunikasi dan Informatika, sampai awal Maret 2022 Indonesia telah menerima sekitar 3,4 juta dosis vaksin Pfizer dari Amerika Serikat (AS).

Kementerian Kesehatan telah menetapkan vaksin Pfizer sebagai salah satu regimen vaksin Covid-19 booster yang digunakan di Indonesia

Namun, jika melihat hasil pengujiannya di AS, penggunaan vaksin berbasis mRNA ini bukannya tanpa risiko.

Sudah ada ribuan orang di AS yang mengalami efek samping serius, bahkan meninggal dunia usai menerima vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech.

Hal ini diungkapkan laporan penelitian berjudul "Safety of mRNA vaccines administered during the initial 6 months of the US Covid-19 vaccination programme" yang dirilis jurnal medis global The Lancet pada Senin (7/3).

Menurut penelitian tersebut, selama periode Desember 2020-Juni 2021 ada sekitar 167 juta dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech yang didistribusikan di AS.

Dari total jumlah itu, sistem pelaporan kejadian ikutan pasca vaksinasi milik pemerintah AS atau Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) mencatat ada sekitar 164 ribu kasus efek samping yang dilaporkan penerima vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech.

Rincian efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) vaksin Pfizer-BioNTech (BNT162b2) yang tercatat di AS adalah sebagai berikut:

• Gejala tidak serius: 150.486 orang (91,4%)
• Gejala serius: 12.078 orang (7,3%)
• Meninggal: 2.105 orang (1,3%)

Kasus gejala tidak serius yang banyak dialami adalah sakit kepala, kelelahan, demam, hingga bercak kemerahan di kulit.

Sedangkan gejala serius yang banyak dialami meliputi sesak napas, demam tinggi, hingga sakit dada.

Kemudian mayoritas kasus meninggal terjadi pada kelompok usia 60 tahun ke atas, dengan waktu kematian terbanyak pada hari pertama dan kedua setelah divaksin.

Laporan penelitian ini menekankan perlunya sistem pengawasan vaksinasi yang baik untuk menyediakan data bagi pembuat kebijakan, produsen dan penyedia layanan vaksinasi, tenaga medis, serta untuk mengedukasi masyarakat tentang keamanan vaksinasi Covid-19.

(Baca Juga: Stok Vaksin Covid-19 Global Didominasi AstraZeneca)