Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga acuan nikel Indonesia sebesar US$18.563 per dry metric tonne (dmt) pada November 2023.
Acuan itu turun 8,05% dibandingkan Oktober 2023 yang sebesar US$20.190 per dmt. Harga acuan November ini juga jadi yang terendah sejak 2022, seperti terlihat pada grafik.
Sejak awal 2023, harga acuan nikel hanya naik tiga kali hingga saat ini. Rinciannya pada Februari 2023 yang sebesar US$28.444 per dmt, Juni 2023 yang sebesar US$23.317 per dmt, dan September yang menjadi US$20.827 per dmt. Di luar tiga bulan ini, harga nikel diwarnai penurunan.
Kementerian ESDM menyebut, harga acuan nikel ini merupakan harga dalam cash seller and settlement yang dipublikasikan London Metal Exchange (LME).
Harga acuan nikel tercantum dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 394.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk bulan November tahun 2023 tanggal 10 November 2023.
Kaji rencana moratorium izin smelter nikel kelas II
Melansir Katadata, Kementerian ESDM merencanakan pembatasan pemberian izin proyek pabrik pemurnian mineral atau smelter nikel kelas II. Namun, rencana ini masih harus dibahas bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
“Itu 'kan kebanyakan yang berdiri sendiri izinnya di sana [Kementerian Perindustrian],” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, saat ditemui Katadata di Kementerian ESDM pada Jumat (10/11/2023).
Sebelumnya, Kementerian ESDM mempertimbangkan suplai dan permintaan bijih nikel agar smelter yang sudah terbangun bisa mendapatkan pasokan bijih nikel yang cukup untuk keberlanjutan operasinya.
Arifin memastikan moratorium nikel II ini tidak terganjal Kementerian Perindustrian. Tak hanya untuk suplai, Arifin juga mengklaim moratorium smelter nikel ini bertujuan mendorong baterai kendaraan listrik (EV).
“Itulah modal utama kita. Diberi modal utama mineral yang bisa membantu elektrifikasi energi bersih harus kita manfaatkan,” katanya.
Selain suplai dan baterai EV, moratorium juga disebut untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan bijih nikel agar Indonesia tidak berakhir menjadi pengimpor bijih nikel di masa mendatang.
(Baca juga: Harga Nikel Acuan Indonesia Turun 3,05% pada Oktober 2023)