Perekonomian Sulawesi Tenggara (Sulteng) menurut produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, ekonomi Sulawesi Tenggara tumbuh 4,1% menjadi Rp97,28 triliun pada tahun lalu dari tahun sebelumnya.
Capaian tersebut lebih baik dari tahun sebelumya yang mengalami kontraksi sedalam 0,65%. Raihan tersebut juga di atas pertumbuhan ekonomi nasional tahun lalu yang hanya tumbuh 3,69%.
Sementara, perekonomian Sulteng menurut produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp139,06 triliun pada 2021. Nilai tersebut setara dengan 0,82% dari PDB nasional yang mencapai Rp16,97 kuadriliun.
(Baca: Sulawesi Tengah Provinsi Terkaya se-Pulau Sulawesi)
Meredanya pandemi Covid-19, ekspor besi dan baja yang tumbuh 58,43% pada triwulan IV 2021, serta membaiknya aktivitas ekonomi lainnya membuat ekonomi Sulawesi Tenggara tumbuh di atas 4% pada tahun lalu.
Dari sisi produksi, lapangan usaha pertanian menjadi penopang perekonomian Sulawesi Tenggara dengan kontribusi sebesar 23,8% dari PDRB. Diikuti sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi 19,45%, serta sektor konstrusi sebesar 14,47%.
Sektor konstruksi mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 9,66% pada tahun lalu. Diikuti sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh 8,73%, serta pengadaan listrik dan gas tumbuh 7,31%.
(Baca: Sebanyak 67,56% Penduduk Sulawesi Tenggara Kelompok Usia Produktif)
Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga berkontribusi terbesar terhadap PDRB provinsi dengan Ibu Kota Kendari tersebut, yakni 45,05%. Diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dengan kontribusi 40,24%. Adapun ekspor barang dan jasa berkontribusi sebesar 59,89% terhadap PDRB (dikurangi impor barang dan jasa sebesar 62,26%).
Komponen ekspor barang dan jasa tumbuh 16,73% pada tahun lalu, demikian pula impor barang dan jasa tumbuh 15,87%. Sedangkan, komponen PMTB tumbuh 6,06% dan komponen konsumsi rumah tangga tumbuh 1,87%.