Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan, realisasi belanja negara mencapai Rp2.556,7 triliun hingga Oktober 2024.
Nilai tersebut sudah memenuhi 76,9% dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Belanja Oktober 2024 juga naik 14,1% dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) pada Oktober 2023 sebesar Rp2.240,8 triliun.
Berdasarkan komponennya, belanja negara terbagi atas dua bagian, yakni belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah.
Belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.834,5 triliun per Oktober 2024, naik 16,7% (yoy) dari Oktober 2023 yang sebesar Rp1.572,2 triliun.
Belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar Rp933,5 triliun (+21,4% yoy) dan belanja non-K/L sebesar Rp901 triliun (+12,1% yoy) per Oktober 2024.
Sementara itu transfer ke daerah tercatat sebesar Rp722,2 triliun per Oktober 2024. Naik 8% (yoy) dari Oktober 2023 yang sebesar Rp668,5triliun.
"Ada beberapa belanja yang meningkat. Kompensasi. subsidi, belanja bunga, dan [manfaat] pensiun," kata Sri Mulyani, Menteri Keuangan, menjelaskan kenaikan belanja negara dalam konferensi pers APBN KiTa, Jumat (8/11/2024).
Besarnya belanja negara yang tidak diseimbangkan dengan naiknya pendapatan negara membuat APBN menjadi defisit. Defisit APBN tercatat sebesar Rp309,2 triliun sejak awal tahun hingga Oktober 2024.
Defisit tersebut melebar dibandingkan Oktober 2023 yang hanya Rp0,2 triliun. Namun, masih lebih kecil dibandingkan pagu APBN 2024.
Adapun realisasi pendapatan negara sampai akhir Oktober 2024 naik tipis 0,3% (yoy) menjadi Rp2.247,5 triliun, setara 80,2% dari target APBN tahun ini yang totalnya Rp2.802,3 triliun.
Kemenkeu juga mencatat, keseimbangan primer hingga Oktober 2024 masih mengalami surplus sebesar Rp97,1 triliun.
(Baca juga: APBN Defisit Rp309 Triliun sampai Oktober 2024)