Menurut data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di bidang hilirisasi pada semester I 2024 mencapai Rp181,4 triliun.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan, angka tersebut setara 21,9% dari total investasi yang diterima Indonesia paruh pertama tahun ini.
Pada semester I 2024 investasi hilirisasi paling banyak masuk ke sektor mineral, yakni Rp114,1 triliun.
Investasi itu terbagi untuk smelter nikel Rp80,9 triliun, smelter tembaga Rp28 triliun, smelter bauksit Rp5,1 triliun, dan smelter timah Rp0,1 triliun.
"Timah yang [investasinya] masih kecil, tapi memang timah ini industrinya beda dengan nikel atau bauksit, karena nilai investasinya juga tidak banyak," kata Bahlil dalam konferensi pers, Senin (29/7/2024).
Berikutnya ada investasi hilirisasi di sektor kehutanan, khususnya industri pulp dan paper senilai Rp24,5 triliun.
Kemudian investasi hilirisasi di sektor pertanian khususnya industri crude palm oil (CPO) dan oleokimia Rp23,6 triliun; serta sektor minyak dan gas khususnya industri petrokimia Rp13,2 triliun.
"Petrokimia ini termasuk yang punya Lotte di Cilegon. Lotte itu kemungkinan besar tahun depan bulan Februari atau Maret sudah mulai berproduksi, itu salah satu investasi yang mangkrak," kata Bahlil.
Sementara investasi hilirisasi di sektor ekosistem kendaraan listrik, khususnya industri baterai hanya Rp6 triliun.
Total investasi yang masuk ke Indonesia pada semester I 2024 mencapai Rp829,9 triliun, meningkat 22,3% dibanding semester I tahun lalu (year-on-year/yoy).
Nilai itu terdiri dari penanaman modal asing (PMA) Rp421,7 triliun (50,98%), dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp408,2 triliun (49,2%). Capaian ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,22 juta orang.
(Baca: Investasi Energi Fosil Global Meningkat pada 2024)