Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 196 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 13 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (26/11/2024) pukul 11.23 WIB. Dari 196 titik panas terdeteksi, 189 titik skala sedang dan 7 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Kualitas Udara Balikpapan Paling Bersih di Indonesia Pagi Ini (25/11))
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sulawesi Tengah sebanyak 36 titik. Sulawesi Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 36 titik. Papua Selatan berada di posisi ketiga sebanyak 19 titik panas.
Sebanyak 16 titik panas terdeteksi di Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara menyusul dengan 15 titik panas, serta Nusa Tenggara Timur dan Maluku Utara masing-masing memiliki 14 dan 12 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 10 Daerah dengan Kualitas Udara Paling Bersih di Indonesia, Kabupaten Bulungan Posisi Nomor 1 Pagi Ini)