156 Hotspot Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Jumat, 23 Mei 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 156 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 71 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Jumat (23/5/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 156 titik panas terdeteksi, 1 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 153 titik skala sedang, dan 2 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Akibat Karhutla, ISPA Kalimantan Selatan Capai 189 Ribu Kasus per September 2023)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Timur sebanyak 38 titik. Nusa Tenggara Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 17 titik. Kalimantan Barat berada di posisi ketiga sebanyak 14 titik panas.
Sebanyak 14 titik panas terdeteksi di Jambi, Bengkulu menyusul dengan 12 titik panas, serta Maluku Utara dan Sumatera Barat masing-masing memiliki 9 dan 8 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Kalimantan Barat Hasilkan Emisi CO2 dari Karhutla Terbanyak sampai Juli 2023)