KLHK: Jumlah Titik Panas di Indonesia Capai 464 Dalam 24 Jam Terakhir (Kamis, 29 Mei 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 464 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 54 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Kamis (29/5/2025) pukul 11.08 WIB. Dari 464 titik panas terdeteksi, 12 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 435 titik skala sedang, dan 17 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Negara dengan Gunung Berapi Aktif Terbanyak di Dunia, Indonesia Pertama)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Aceh sebanyak 76 titik. Sumatera Utara menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 69 titik. Riau berada di posisi ketiga sebanyak 57 titik panas.
Sebanyak 52 titik panas terdeteksi di Sumatera Selatan, Sumatera Barat menyusul dengan 52 titik panas, serta Maluku Utara dan Bengkulu masing-masing memiliki 32 dan 28 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Tren Letusan Gunung Berapi dalam Beberapa Tahun Terakhir)