Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia melakukan impor daging sejenis lembu (sapi, kerbau, dan sejenisnya) dengan berat bersih 225,6 ribu ton.
Volume itu meningkat 6,7% dibanding 2021 (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi rekor tertinggi baru dalam lima tahun terakhir, seperti terlihat pada grafik di atas.
Bukan hanya dari segi volume, nilai impornya pun menembus rekor tertinggi. Sepanjang 2022 nilai impor daging sejenis lembu mencapai USD 861,6 juta atau sekitar Rp12,9 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per USD).
Nilai impor tersebut naik 9% (yoy) dibanding 2021, sekaligus menjadi harga termahal sejak 2018.
(Baca: Impor Sayuran Meningkat pada 2022, Tertinggi dalam 5 Tahun Terakhir)
Adapun baru-baru ini Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan ingin mengurangi impor pangan, salah satunya komoditas daging sapi.
"Kalau kita bicara industrialisasi pangan, bagaimana kita mengurangi impor pangan, termasuk sapi dan gula," kata Erick dalam wawancara pers di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, disiarkan Bisnis.com, Rabu (10/5/2023).
Erick memperkirakan kebutuhan impor daging sapi bisa naik dua kali lipat pada 2035 akibat pertumbuhan penduduk.
Ia pun menilai Indonesia perlu bekerja sama dengan negara lain, salah satunya Qatar, untuk mendorong industrialisasi pangan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor daging.
Menurut Erick, Qatar pernah kesulitan memperoleh pasokan daging sapi. Namun, mereka kemudian mengimpor sapi hidup dan mengembangkan peternakan lokal.
"Kalau Qatar saja impor ribuan sapi terus peternakan maju, (di sana) gurun atau banyak daun? Kalau gurun saja bisa piara sapi, (alam) kita hijau gitu (harusnya) bisa piara sapi," kata Erick.
(Baca: Ini Provinsi Penghasil Daging Sapi Terbesar di Indonesia pada 2022)