Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga acuan nikel Indonesia sebesar US$15.908,1 per dry metric tonne (dmt) pada September 2024.
Angka itu turun 5,38% dari Agustus 2024 yang sebesar US$16.812,73 per dmt.
Dibandingkan dengan tahun awal kalender (year-to-date/ytd), harga acuan September 2024 turun 2,81% dari Januari 2024 yang sebesar US$16.368,86 per dmt.
Penurunan juga terjadi bila dibandingkan dengan acuan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Harga acuan September 2024 jatuh hingga 23,62% dari September 2023 yang sebesar US$20.827,73 per dmt.
Harga acuan ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI (Kepmen ESDM) Nomor 231.K/MB.01/MEM.B/2024 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Bulan September tahun 2024, pada 20 September 2024.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim, kebijakan hilirisasi nikel telah membawa lonjakan besar bagi penerimaan negara. Pada 2015, ekspor nikel Indonesia hanya bernilai Rp45 triliun, namun setelah kebijakan hilirisasi diterapkan, nilai tersebut melonjak menjadi Rp520 triliun pada 2023.
“Ada yang menyampaikan kepada saya ‘Pak itu yang untung kan perusahaan pak, rakyat dapat apa?’ Jangan keliru, kita pungut pajak dari sana, pajak perusahaan pajak karyawan, bea ekspor, pajak ekspor, bea keluar, belum PNBP-nya, penerimaan negara bukan pajak, besar sekali,” kata Jokowi dalam sambutan pembukaan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024 yang digelar di Hotel Alila, Surakarta, Kamis, (19/9/2024), dikutip dari laman presidenri.go.id.
Selain nikel, Jokowi juga menyoroti pengembangan hilirisasi di sektor mineral seperti tembaga dan bauksit. Dua smelter besar di Amman-Sumbawa, dan Freeport-Gresik, akan segera beroperasi dengan nilai investasi mencapai Rp50-60 triliun.
(Baca juga: Harga Nikel Acuan Indonesia Turun 10,68% pada Agustus 2024)