Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting anak usia di bawah 5 tahun (balita) DKI Jakarta mencapai 14,8% pada 2022. Artinya, sekitar 14 dari 100 balita di Ibu Kota memiliki tinggi badan di bawah rata-rata anak seusianya.
Angka prevalensi stunting DKI Jakarta tersebut menurun dibanding 2021, sekaligus mencapai level terbaiknya dalam tujuh tahun terakhir seperti terlihat pada grafik.
Pada 2022 wilayah DKI Jakarta dengan prevalensi stunting terbesar adalah Kepulauan Seribu, sedangkan yang terendah Jakarta Selatan.
Berikut rincian angka prevalensi stunting balita di DKI Jakarta 2022:
- Provinsi DKI Jakarta: 14,80%
- Kabupaten Kepulauan Seribu: 20,50%
- Kota Jakarta Utara: 18,50%
- Kota Jakarta Barat: 15,20%
- Kota Jakarta Timur: 14,40%
- Kota Jakarta Pusat: 14,00%
- Kota Jakarta Selatan: 11,90%
(Baca: Prevalensi Balita Stunting Provinsi DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota 2022)
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A., menyatakan stunting terkait erat dengan masalah kurang gizi.
"Stunting pada anak merupakan dampak dari defisiensi nutrisi selama seribu hari pertama kehidupan. Hal ini menimbulkan gangguan perkembangan fisik anak yang irreversible, sehingga menyebabkan penurunan performa kerja," kata Novita, dilansir yankes.kemkes.co.id (13/9/2022).
"Anak stunting memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan rerata skor IQ pada anak normal. Gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi, bila tidak mendapatkan intervensi sejak dini, akan berlanjut hingga dewasa," lanjutnya.
Stunting bukan hanya bisa terjadi pada anak dari keluarga kurang mampu. Ada pula kasus stunting dalam keluarga yang berkecukupan ekonomi, karena orang tuanya kurang memerhatikan asupan nutrisi anak.
Adapun pemerintah menargetkan angka prevalensi stunting balita nasional bisa turun dari 21,6% pada 2022, menjadi 17,8% pada 2023, kemudian turun lagi ke 14% pada 2024.
Berikut ini kategori angka prevalensi stunting menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO):
- Prevalensi sangat tinggi: ≥40%
- Prevalensi tinggi: 30%-39,9%
- Prevalensi medium: 20%-29,9%
- Prevalensi rendah: <20%
(Baca: Angka Stunting Indonesia Turun pada 2022, Rekor Terbaik Dekade Ini)