Survei lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) dan Dompet Dhuafa menunjukkan, minimnya penghasilan membuat guru-guru di Indonesia berutang ke sejumlah pihak.
Dari 403 guru yang disurvei, 52,6% di antaranya mengaku punya utang ke bank atau bank perkreditan rakyat (BPR) hingga Mei 2024.
Pihak yang diutangkan selanjutnya adalah keluarga atau saudara, sebanyak 19,3% responden. Lalu ketiga ada koperasi simpan pinjam atau baitul maal wa tamwil (BMT), lembaga keuangan mikro syariah, sebanyak 13,7%.
Keempat ada teman atau tetangga (8,7%) dan kelima pinjaman online/pinjol (5,2%). Pihak lainnya terhimpun 0,3%.
IDEAS menyebut, kondisi ekonomi yang terhimpit ini dirasakan mayoritas responden guru. Padahal di samping pekerjaan utamanya, banyak guru yang juga sudah menjalani pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Tercatat 79,8% guru mengaku memiliki utang," tulis IDEAS dalam rilisnya yang dipublikasikan Selasa (21/5/2024).
Selain itu, IDEAS juga menemukan bahwa 56,5% guru yang terdesak ekonominya menggadaikan barang berharga miliknya. Atas kondisi itu, IDEAS menilai guru Indonesia masih jauh dari sejahtera.
Survei kesejahteraan guru di Indonesia digelar IDEAS dan Dompet Dhuafa pada pekan pertama bulan Mei 2024 dalam rangka Hari Pendidikan Nasional.
Survei yang dilakukan secara daring terhadap 403 responden guru di 25 provinsi memiliki komposisi responden Pulau Jawa sebanyak 291 orang dan luar Jawa 112 orang.
Responden survei terdiri atas 123 orang berstatus sebagai guru PNS, 118 guru tetap yayasan, 117 guru honorer atau kontrak, dan 45 guru PPPK.
(Baca juga: 20,5% Guru Honorer Diupah Kurang dari Rp500 Ribu per Bulan)