Masih banyak guru honorer yang diupah tidak layak hingga Mei 2024. Ini sesuai dengan hasil survei yang disingkap lembaga Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) dan Dompet Dhuafa.
Survei itu menyebut sebanyak 74,3% responden guru honorer atau kontrak memiliki penghasilan di bawah Rp2 juta per bulan. Dari kelompok tersebut, 20,5% di antaranya masih digaji dibawah Rp500 ribu per bulan.
Selanjutnya, 26,4% guru honorer dibayar Rp500-1 juta per bulan. Ada pula 10,2% responden yang dibayar sebesar Rp1-1,5 juta per bulan. Selanjutnya ada 17% responden yang dibayar Rp1,5-2 juta per bulan.
Survei IDEAS juga mengungkap ada 12,8% responden yang mengaku dibayar Rp2-3 juta per bulan. Ada juga 7,6% responden yang dibayar Rp3-4 juta per bulan.
Kemudian ada 4,2% guru honorer yang mendapat remunerasi sebesar Rp4-5 juta per bulan. Hanya 0,8% responden yang mendapat upah di atas Rp5 juta per bulan.
Muhammad Anwar, Peneliti IDEAS menilai, upah tidak layak yang didapatkan mayoritas responden atau 74,3% itu sama seperti atau bahkan kurang dari Upah Minimum Kabupaten-Kota (UMK) paling kecil se-Indonesia, yaitu Kabupaten Banjarnegara yang sebesar Rp2,03 juta.
"Ini artinya, di daerah dengan biaya hidup terendah sekalipun para guru terutama guru honorer masih harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,” kata Anwar dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (21/05/2024).
Pernyataan Anwar selaras atas poin survei lainnya bahwa dengan jumlah tanggungan rata-rata 3 orang anggota keluarga, 89% guru merasa penghasilan dari mengajar tersebut pas-pasan bahkan kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hanya 11% saja yang mengaku cukup dan ada sisa.
Maka dengan tingkat penghasilan yang rendah, berbagai upaya dilakukan guru untuk menutupi kebutuhan hidup salah satunya adalah memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai guru.
Survei kesejahteraan guru di Indonesia digelar IDEAS dan Dompet Dhuafa pada pekan pertama bulan Mei 2024 dalam rangka Hari Pendidikan Nasional.
Survei yang dilakukan secara daring terhadap 403 responden guru di 25 provinsi memiliki komposisi responden Pulau Jawa sebanyak 291 orang dan luar Jawa 112 orang.
Responden survei terdiri atas 123 orang berstatus sebagai guru PNS, 118 guru tetap yayasan, 117 guru honorer atau kontrak, dan 45 guru PPPK.
(Baca juga: Ini Data Pegawai Non-ASN RI 2023, Berapa Jumlah Guru Honorer?)