Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor nonmigas Indonesia pada semester I 2024 mencapai US$91,63 miliar.
Nilainya turun 0,49% dibanding impor semester I tahun lalu (cumulative-to-cumulative/ctc).
Kendati begitu, penurunan ini tidak merata. Ada beberapa negara mitra impor yang nilai pasokannya ke Indonesia justru meningkat, salah satunya China.
Pada semester I 2024 nilai impor dari China naik 8,21% (ctc) menjadi US$32,45 miliar.
Kemudian nilai impor dari Australia naik 8,05% (ctc), dan dari Singapura naik 19,08% (ctc).
Sementara nilai impor dari negara mitra utama lainnya berkurang, dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Impor Minyak RI Naik Semester I 2024)
Adapun Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) kini tengah menyelidiki adanya lonjakan barang impor dari empat negara, yaitu China, Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Penyelidikan ini terkait dengan upaya pengamanan Indonesia dari praktik dumping, yakni aksi pedagang yang menjual barang impor dengan harga murah untuk menguasai pasar di negara tertentu.
"Penyelidikan yang dilakukan ini ada dari Komite Anti-Dumping Indonesia dan dari KPPI," kata Ketua KPPI Franciska Simanjuntak, disiarkan CNN Indonesia, Senin (15/7/2024).
"Kalau untuk di KPPI kami sedang menyelidiki empat produk, ini ada mengenai benang, benang filamen artificial, kain tenunan, kain tenunan dari barang filamen. Ini sedang berlangsung penyelidikannya dan diharapkan selesai pada September-Oktober tahun ini," ujarnya.
(Baca: Ini Gelombang Tekstil Impor yang Masuk RI Sedekade Terakhir)