PT Garuda Indonesia Tbk mengalami kerugian sebesar US$72,06 juta atau Rp1,14 triliun (asumsi kurs Rp15.845 per US$) pada kuartal III 2023.
Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), laba periode berjalan emiten berkode GIAA ini tembus US$3,69 miliar atau Rp58,57 triliun pada kuartal III 2022. Jika dihitung, proporsi laba kuartal III 2023 anjlok hingga 101,94% (yoy).
Dilihat dari laporan keuangannya, satu di antara faktor ambrolnya laba bersih ini karena selisih kurs bersih. Pada kuartal III 2023 rugi selisih kurs bersih tercatat hingga US$13,41 juta atau Rp212,57 miliar. Sementara pada kuartal III 2022 justru mendulang keuntungan yang cukup besar, yakni US$103,64 juta atau Rp1,64 triliun.
Selain itu pendapatan lain-lain bersih pada kuartal III 2023 minus US$2,79 juta atau Rp44,32 miliar. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilainya bisa mencapai US$279,16 juta atau Rp4,42 triliun.
Pada kuartal ini juga, GIAA tercatat tidak mendulang pendapatan dari restrukturisasi utang. Sementara kuartal III 2022 pendapatan pos ini mencapai US$2,85 miliar atau Rp45,23 triliun.
Kendati begitu, pendapatan perusahaan BUMN ini mencapai US$2,23 miliar atau Rp35,38 triliun. Angka ini melesat 48,31% (yoy) dari sebelumnya yang sebesar US$1,5 miliar atau Rp23,85 triliun.
Seluruh penopang pendapatan usaha pada September 2023 ini tercatat menghijau. Pertama, penerbangan berjadwal tercatat sebesar US$1,72 miliar atau Rp27,31 triliun, naik dari September 2022 yang sebesar US$1,15 miliar atau Rp18,33 triliun.
Kedua, penerbangan tidak berjadwal yang terbukukan positif sebesar US$274,25 juta atau Rp4,34 triliun pada September 2023. Angka ini naik dari sebelumnya yang sebesar US$162,79 juta atau Rp2,57 triliun pada September 2022.
Ketiga, pendapatan lainnya mencapai US$234 juta atau Rp3,72 triliun. Nilai ini naik dari sebelumnya yang sebesar US$185,98 juta atau Rp2,94 triliun.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, sejak pertengahan 2023 maskapainya merealisasikan proses delivery lima armada narrow body secara bertahap. Di sisi lain, optimalisasi jaringan penerbangan akan terus dilakukan melalui peningkatan frekuensi penerbangan pada rute-rute berkinerja positif.
"Melalui optimalisasi jaringan penerbangan tersebut, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan peningkatan rata-rata trafik penerbangan mencapai 5 ribuan penerbangan per bulan pada kuartal III tahun ini," kata Irfan melalui keterangan tertulis yang diwartakan Antara, Rabu (1/11/2023).
(Baca juga: Garuda Indonesia Masih Merugi Rp1,16 Triliun hingga Paruh I 2023)