Menurut Bloomberg NEF, kapasitas produksi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di beberapa negara G20 mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.
Indonesia bahkan tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan kapasitas PLTU batu bara tertinggi di antara G20, yakni naik 22,6% selama periode 2017-2021.
Pertumbuhan kapasitas PLTU batu bara juga terjadi di Tiongkok, Brasil, Afrika, Selatan, Jepang, India, Korea Selatan, dan Turki.
Sedangkan di negara G20 lain kapasitasnya tetap atau menurun dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Sumbang Pemanasan Global, Ini Negara G20 dengan PLTU Terbesar)
Kendati ada penurunan di beberapa negara, Bloomberg NEF memprediksi kapasitas pembangkitan listrik berbasis energi fosil ini akan meningkat lagi pada tahun 2022.
"Lonjakan produksi listrik batu bara dapat terjadi pada tahun 2022 di beberapa negara Eropa, termasuk Jerman dan Italia, sebagai solusi jangka pendek atas masalah kekeringan yang mengurangi produksi listrik tenaga air, serta berkurangnya pasokan gas dari Rusia," kata Bloomberg NEF.
Hal ini pun diproyeksikan akan berdampak pada naiknya emisi karbon. Pasalnya, Bloomberg NEF mencatat bahwa PLTU batu bara bertanggung jawab atas 30% emisi karbon global.
"Sangat penting bagi negara-negara untuk menghentikan listrik berbahan bakar batu bara jika mereka ingin mewujudkan tujuan Perjanjian Paris," katanya lagi.
(Baca: Langkah Berat Negara G20 Mengejar Target Pengurangan Emisi Karbon)