Menurut laporan Bloomberg NEF, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara menyumbang 30% emisi karbon global, serta bertanggung jawab atas kenaikan rata-rata suhu bumi sebesar 0,3 derajat Celcius.
Di antara kelompok G20, negara yang memiliki PLTU batu bara dengan kapasitas terbesar adalah Tiongkok, yakni sekitar 1.400 gigawatt (GW) pada 2021. Setelahnya ada India, Amerika Serikat, dan Indonesia dengan rincian kapasitas seperti terlihat pada grafik.
Berdasarkan data Bloomberg NEF, dalam lima tahun terakhir kapasitas produksi PLTU batu bara di sejumlah negara G20 juga mengalami peningkatan.
Selama periode 2017-2021 Indonesia memiliki pertumbuhan kapasitas PLTU tertinggi, diikuti Tiongkok, Brasil, Afrika, Selatan, Jepang, India, Korea Selatan, dan Turki.
Bloomberg NEF memprediksi kapasitas pembangkitan listrik berbasis energi fosil ini akan meningkat lagi pada tahun 2022.
"Lonjakan produksi listrik batu bara dapat terjadi pada tahun 2022 di beberapa negara Eropa, termasuk Jerman dan Italia, sebagai solusi jangka pendek atas masalah kekeringan yang mengurangi produksi listrik tenaga air, serta berkurangnya pasokan gas dari Rusia," kata Bloomberg NEF.
"Sangat penting bagi negara-negara untuk menghentikan listrik berbahan bakar batu bara jika mereka ingin mewujudkan tujuan Perjanjian Paris," katanya lagi.
(Baca: Langkah Berat Negara G20 Mengejar Target Pengurangan Emisi Karbon)