Biodiesel menjadi salah satu sumber energi transisi dalam peningkatan bauran energi terbarukan di Indonesia. Pemerintah memiliki target bauran energi baru terbarukan (EBT) mencapai 23 persen pada 2025. Sampai akhir 2020, capaiannya sebesar 11,5 persen.
Dari capaian tersebut, bioenergi berkontribusi sekitar 5,7 persen. Itu menjadikan bioenergi sebagai EBT dengan kontribusi tertinggi, diikuti panas bumi sebesar 1,9 persen. Kontribusi sumber bioenergi berasal dari pemanfaatan biodiesel dan pembangkit berbasis bioenergi. Menurut data dari Direktorat Bioenergi, biodiesel lewat penerapan B30 mengambil porsi 35 persen dari keseluruhan kontribusi energi terbarukan.
"Peran dari biodiesel kurang lebih 35 persen dari capaian tersebut (bauran EBT 11,5 persen di 2020), itu berasal dari biodiesel. Dengan meningkatkan blending (pencampuran), diharapkan peran biodiesel bisa terus meningkat dalam pencapaian EBT," terang Andriah Feby Misna awal tahun 2021 lalu, saat masih menjabat sebagai Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Pada 2020 juga penyerapan Fatty Acid Methyl Esters (FAME) yang merupakan campuran solar untuk membentuk biodiesel 30 persen (B30), mencapai 8,4 juta kiloliter (kl) dan berperan pada pengehematan devisa mencapai Rp 38,04 triliun. Targetnya, pada 2025 pemanfaatan biodiesel bisa mencapai 13,8 juta kl.