Liquified petroleum gas (LPG) adalah bahan bakar yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia untuk memasak.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021 ada sekitar 82% rumah tangga yang memasak pakai LPG.
Sementara, pengguna bahan bakar rumah tangga jenis lainnya sangat sedikit, seperti kayu bakar (11%), minyak tanah (2%), kompor listrik (0,7%), jaringan gas/biogas (0,5%), ataupun briket/arang (0,08%).
(Baca: Konsumsi LPG Naik Lagi pada 2022, Capai Rekor Tertinggi Sedekade)
Kendati LPG menjadi bahan bakar utama bagi rumah tangga Indonesia, pasokannya banyak berasal dari luar negeri.
Menurut data Kementerian ESDM, sepanjang 2022 Indonesia mengimpor LPG sekitar 6,7 juta ton.
Jumlah itu setara dengan 82% dari total volume LPG yang dikonsumsi masyarakat pada 2022, sekaligus menjadi impor terbesar dalam sedekade terakhir.
Adapun Wakil Ketua MPR Syarief Hasan menilai, impor serta subsidi LPG membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Ia mendorong pemerintah untuk mengatasi masalah ini dengan mengoptimalkan pemanfaatan gas dalam negeri.
"Pemerintah harus punya rencana yang pasti dan terukur dalam memitigasi melonjaknya beban impor dan subsidi LPG. Dengan melimpahnya cadangan gas terbukti, seharusnya kebutuhan gas domestik dapat tercukupi," kata Syarief, disiarkan Detik.com (22/5/2023).
"Pembangunan infrastruktur gas bumi yang tersendat mestinya jadi otokritik, ada yang keliru dalam perencanaan energi nasional. Jangan selalu mengambil jalan pintas untuk melakukan impor dan abai dengan kemandirian energi nasional," lanjutnya.
(Baca: Memasak Pakai Kompor Induksi dan LPG, Lebih Hemat Mana?)