Sistem bekerja dari rumah atau working from home (WFH) bisa menyumbang penghematan energi serta pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) yang cukup signifikan secara global.
Hal ini dinyatakan tim peneliti International Energy Agency (IEA) dalam laporan berjudul Working from home can save energy and reduce emissions. But how much? (Juni 2020).
(Baca: Transportasi, Sumber Utama Emisi Gas Rumah Kaca DKI Jakarta)
Menurut laporan tersebut, secara global ada sekitar 20% pekerja yang jenis pekerjaannya memungkinkan dilakukan dari rumah.
Tim peneliti IEA pun memperkirakan, seandainya kelompok pekerja itu rutin melakukan WFH satu hari dalam sepekan, maka konsumsi energi di sektor transportasi pribadi bisa berkurang 11,9 juta ton ekuivalen minyak per tahun secara global.
Di sisi lain, dengan bekerja di rumah sehari dalam sepekan, konsumsi energi di sektor rumah tangga diprediksi bisa bertambah 3,3 juta ton ekuivalen minyak per tahun.
Jika dihitung selisihnya, secara kumulatif sistem WFH tersebut menghasilkan pengurangan konsumsi energi neto 8,6 juta ton ekuivalen minyak per tahun, setara dengan penurunan emisi sebanyak 24,2 juta ton CO2 per tahun secara global.
"Secara umum, energi yang dihemat dari sektor transportasi pribadi hampir empat kali lebih besar dibanding peningkatan konsumsi energi rumah tangga," kata tim peneliti IEA dalam laporannya.
"Skenario ini mengasumsikan sistem bekerja dari rumah satu hari dalam sepekan. Jika frekuensinya lebih sering, dampak pada konsumsi energi di sektor transportasi pribadi dan rumah tangga akan menguat secara proporsional," lanjutnya.
Tim peneliti IEA juga menyatakan, pergeseran ke sistem WFH bisa mengurangi konsumsi energi di gedung perkantoran atau bangunan komersial, dan karena itu berpotensi mendorong penghematan energi dan penurunan emisi CO2 yang lebih besar.
(Baca: WFH Bikin Karyawan Lebih Produktif, Apa Benar?)