Kajian International Council on Clean Transportation (ICCT) menemukan adanya dampak dari campuran biodiesel terhadap kualitas udara. Dibadingkan dengan solar, ICCT memperkirakan setiap peningkatan 10 persen campuran biodiesel akan meningkatkan kadar nitrogen oxides (NOx) sebesar 0,8 persen. Meski di saat bersamaan menurunkan kadar particulate matter (PM) 4,3 persen, unburned hydrocarbons (HC) 2 persen, dan carbon monoxide (CO) 2,5 persen. Adapun NOx, HC, maupun CO merupakan sisa pembakaran mesin kendaraan yang kemudian menjadi kontributor emisi gas buang.
Temuan ICCT tersebut didapatkan dari regresi linear 132 hasil studi yang menguji pengaruh tingkat campuran biodiesel pada emisi gas buang kendaraan. Artinya, pada setiap penambahan campuran biodiesel, maka pengaruhnya pada peningkatan maupun penurunan kadar polutannya juga akan sebanding.
Menurut ICCT, model regresi ini bisa menjelaskan sekitar 48 persen korelasi campuran biodiesel dengan polutan. Sementara 52 persen sisanya mencakup variabel lain seperti sifat bahan baku, kondisi siklus pengujian, dan perkembangan teknologi diesel.
Setelah dilakukan analisis lebih lanjut dengan hanya melihat biodiesel dengan bahan baku kelapa sawit, ICCT menemukan bahwa kadar emisi yang dihasilkan akan melonjak. Kadar NOx bisa naik 12 persen pada B30, 17 persen pada B40, 21 persen pada B50, dan 41 persen pada B100. Sementara penurunan kadar polutan lainnya, PM, CO, dan HC banyak dipengaruhi oleh sistem injeksi dan bahan bakar modern.