Menurut data Global Energy Monitor, pada 2023 ada 53 unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang sedang dalam tahap konstruksi di Indonesia, dengan kapasitas total 14,49 gigawatt (GW).
Proyek paling besar dikuasai PT Gunbuster Nickel Industri (GNI), yang tercatat memiliki 11 unit PLTU batu bara dalam tahap konstruksi di Sulawesi Tengah, dengan kapasitas keseluruhan 2,16 GW.
(Baca: Banyak Pembangunan PLTU Baru di Indonesia, Terbesar di Sulawesi Tengah)
PT GNI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang smelter atau pengolahan nikel, dengan pabrik beroperasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
PT GNI juga tercatat sebagai anak usaha dari Jiangsu Delong Nickel Industry Co., Ltd., korporasi smelter nikel asal Tiongkok.
Proyek PLTU baru terbesar berikutnya dimiliki secara patungan oleh PT PLN (Persero) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
PLN bersama BRPT tercatat memiliki 2 unit PLTU batu bara dalam tahap konstruksi di Banten, dengan kapasitas keseluruhan 2 GW. Dalam proyek ini PLN memegang porsi kepemilikan 51%, sedangkan BRPT 49%.
Di luar proyek patungan tersebut, PLN juga memiliki 10 unit PLTU dalam tahap konstruksi yang tersebar di Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara dengan kapasitas keseluruhan 0,82 GW.
Berikut daftar lengkap perusahaan pemilik PLTU batu bara dalam tahap konstruksi di Indonesia, menurut data Global Energy Monitor Juli 2023:
- PT Gunbuster Nickel Industry: 2,16 GW
- PT PLN (Persero) dan PT Barito Pacific Tbk: 2 GW
- PT Sulawesi Mining Investment: 1,52 GW
- PT Huadian Bukit Asam Power: 1,2 GW
- PT Indonesia Weda Bay Industrial Park: 1,14 GW
- PT Cirebon Electric Power: 0,92 GW
- PT PLN (Persero): 0,82 GW
- PT Angel Nickel Industry: 0,76 GW
- China Shenhua Energy Co Ltd; Lion Power: 0,6 GW
- PT Meulaboh Power Generation: 0,4 GW
- Indonesia Huaqing Aluminum Co: 0,38 GW
- Indonesia Zhaohui Ferro Nickel Co Ltd: 0,38 GW
- PT Sunny Metal Industry: 0,38 GW
- PT Halmahera Persada Lygend: 0,36 GW
- LSI: 0,35 GW
- PT Walsin Nickel Industrial Indonesia: 0,35 GW
- PT Mabar Elektrindo: 0,3 GW
- Huayue Nickel Cobalt: 0,25 GW
- Banjarmasin-B Project: 0,2 GW
- PT Bintan Alumina Indonesia: 0,03 GW
Menurut Global Energy Monitor, sebagian besar PLTU yang sedang dalam tahap konstruksi di Indonesia merupakan pembangkit listrik eksklusif untuk memasok kebutuhan energi industri, seperti industri pengolahan aluminium, kobalt, dan nikel yang terkait rantai pasokan baterai dan kendaraan listrik.
Global Energy Monitor pun mengkritisi hal ini, karena berpotensi menghambat komitmen pengurangan emisi karbon yang tertuang dalam Perjanjian Iklim Paris.
"Kawasan industri merupakan proyek strategis nasional bagi Indonesia. Tapi, kurangnya perencanaan berkelanjutan untuk memasok listrik bagi proyek-proyek tersebut dapat menjadi tantangan bagi ambisi nol emisi karbon di Indonesia," kata Global Energy Monitor dalam laporan Boom and Bust Coal 2023.
(Baca: Proyek PLTU Baru Indonesia Terbesar ke-3 di Dunia)