Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024. Angka tersebut naik 5,45% dibandingkan outlook APBN 2023 yang sebesar Rp2.637,2 triliun.
“Pendapatan negara direncanakan sebesar Rp2.781,3 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp2.307,9 triliun dan PNBP sebesar Rp473,0 triliun, serta hibah sebesar Rp0,4 triliun,” kata Jokowi dalam pidato RUU APBN dan Nota Keuangan 2024, dilansir dari laman Sekretariat Negara, Rabu (16/8/2023).
Penerimaan perpajakan tersebut ditargetkan dari penerimaan pajak sebesar Rp1.986,9 triliun serta kepabeanan dan cukai sebesar Rp321 triliun.
Selanjutnya, target pendapatan dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp473 triliun. Jumlah itu berasal dari pendapatan sumber daya alam sebesar Rp197,8 triliun, pendapatan dari kekayaan negara yang dipisahkan Rp80,8 triliun, PNBP lainnya Rp111 triliun, dan pendapatan badan layanan usaha (BLU) Rp83,4 triliun.
Sementara, target pendapatan negara yang berasal dari hibah memiliki nilai yang cukup kecil dibandingkan target pendapatan dari sektor lainnya. Jumlahnya hanya Rp0,4 triliun atau 0,01% dari total target pendapatan negara tahun depan.
Menurut Jokowi, pendapatan negara dalam RAPBN 2024 didorong lebih optimal dengan tetap menjaga iklim investasi, keberlanjutan dunia usaha, dan kelestarian lingkungan. Salah satunya, pemerintah akan mengoptimalisasi penerimaan perpajakan.
(Baca: RAPBN 2024, Jokowi Ingin Belanja Banyak dengan Defisit Rp522,8 T)