Pada November 2018 terjadi inflasi 0,27% (MoM) dari bulan sebelumnya. Sehingga laju inflasi periode Januari-November tahun ini mencapai 2,5% (YTD) sementara inflasi tahunannya sebesar 3,23% (YoY). Laju inflasi 2018 cukup terkendali meskipun harga bahan bakar minyak naik dan nilai tukar rupiah tepuruk hingga di atas Rp 15 ribu/dolar Amerika Serikat (AS).
Langkah-langkah pemerintah untuk meredam gejolak harga komoditas, terutama harga pangan serta kebijakan Bank Indonesia (BI) menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terlalu fluktuatif dengan menaikkan suku bunga acuannya mampu menjaga stabilitas pasar. Dengan terjaganya harga-harga pangan hingga satu bulan menjelang 2018, laju inflasi tahun ini berpeluang berada di bawah 3%. Jika ini terjadi, maka inflasi 2018 bakal menjadi yang terendah dalam sembilan tahun terakhir.
Terkendalinya inflasi tahun ini merupakan salah satu pendorong terapresiasinya nilai tukar rupiah hingga ke Rp 13.300/dolar AS. Pasalnya, naiknya suku bunga BI hingga 6% dan imbal hasil (yield) obligasi sampai 7,95% membuat keuntungan riil investor di pasar finansial domestik semakin besar karena laju inflasinya terkendali di level 3%. Artinya investor memperoleh keuntungan riil sekitar 4,75%. Sedangkan negara-negara pasar berkembang lainnya seperti Argentina inflasinya mencapai 45%, Turki (21,6%), Mesir (17,7%), serta Filipina (6,7%).