Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), total utang luar negeri (ULN) pemerintah dan bank sentral mencapai US$210,07 miliar pada Desember 2023.
Angka tersebut naik 2,66% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom), serta meningkat 7,36% dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy).
Berdasarkan kategorinya, pada Desember 2023 ULN pemerintah mencapai US$196,63 miliar. Nilainya naik 2,12% secara bulanan (mom), serta melonjak 5,45% secara tahunan (yoy).
Kemudian ULN bank sentral pada Desember 2023 mencapai US$13,43 miliar, naik 11,18% secara bulanan (mom), serta melesat 46,14% secara tahunan (yoy).
Menurut Asisten Gubernur BI Erwin Haryono, peningkatan ULN pemerintah terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Erwin juga menyebut, kenaikan ULN pemerintah dipengaruhi peningkatan penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan internasional, seiring dengan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
Meski meningkat, BI menilai posisi ULN pemerintah masih relatif aman karena 99,8% utangnya memiliki tenor jangka panjang.
"Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," kata Erwin dalam siaran pers, Kamis (15/2/2024).
"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," ujarnya.
(Baca: Utang Pemerintah Bertambah pada 2023, tapi Rasio Utang Turun)