Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami inflasi tahunan 4,97% (year-on-year/yoy) pada Maret 2023.
Laju inflasi tersebut turun dibanding Februari 2023, meskipun masih jauh lebih tinggi dibanding inflasi Maret tiga tahun sebelumnya seperti terlihat pada grafik.
Angkanya juga masih cukup jauh dari target Bank Indonesia (BI) yang tahun ini ingin menekan laju inflasi ke kisaran 3±1%.
Menurut BPS, komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi tahunan pada Maret 2023 adalah beras, telur ayam ras, ikan segar, rokok putih, rokok kretek filter, rokok kretek, air kemasan, bahan bakar rumah tangga, kontrak rumah, sewa rumah, tarif listrik, dan upah asisten rumah tangga.
Laju inflasi juga dipengaruhi kenaikan harga bensin, solar, mobil, tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan udara, uang kuliah, nasi dengan lauk, serta kue kering berminyak. Komoditas yang harganya turun hanya daging ayam ras, tomat, dan minyak goreng.
Jika dilihat dari kelompok pengeluarannya, pada Maret 2023 kenaikan harga paling besar terjadi di sektor transportasi.
Berikut rincian laju inflasi tahunan berdasarkan kelompok pengeluaran, diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah:
- Transportasi: 13,72% (yoy)
- Makanan, minuman dan tembakau: 6,05% (yoy)
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya: 4,74% (yoy)
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran: 4% (yoy)
- Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga: 3,72% (yoy)
- Pendidikan: 2,75% (yoy)
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: 2,74% (yoy)
- Kesehatan: 2,65% (yoy)
- Rekreasi, olahraga, dan budaya: 2,54% (yoy)
- Pakaian dan alas kaki: 1,18% (yoy)
Hanya ada satu kelompok pengeluaran yang harganya turun atau mengalami deflasi tahunan pada Maret 2023, yakni sektor informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan deflasi 0,23% (yoy).
(Baca: Banyak Warga RI Merasa Biaya Hidup Bakal Naik pada 2023)