Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) menunjukkan kinerja kegiatan dunia usaha melambat pada triwulan III 2022. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang sebesar 13,89%.
Angka itu lebih rendah dari SBT pada triwulan II 2022 sebesar 14,13%. Perlambatan kinerja kegiatan usaha tercermin pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, khususnya subsektor Tanaman Bahan Makanan (Tabama). Itu terjadi seiring dengan masuknya musim tanam.
Kinerja sektor lainnya yang juga melambat, yaitu perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran mencatat SBT sebesar 2,60%, atau lebih rendah dari 3,61% pada kuartal II-2022. Ini sejalan dengan penurunan permintaan. Pun sektor pengangkut dan komunikasi mencatat SBT 0,87% atau lebih rendah dari 2,06% pada kuartal sebelumnya.
Meski begitu, masih ada beberapa sektor yang mencatat pertumbuhan positif, sehingga menjadi penopang kinerja kegiatan dunia usaha. Seperti sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan dengan SBT 2,76%, atau lebih tinggi dibandingkan dengan SBT 1,62% pada kuartal sebelumnya.
Kemudian sektor industri pengolahan mencatat SBT 3,18%, atau lebih tinggi dari SBT 2,19% pada kuartal II-2022. Hal itu didorong kapasitas penyimpanan yang memadai, ketersediaan sarana produksi, serta permintaan domestik yang tetap kua.
Di sisi lain, kapasitas produksi terpakai pada triwulan III 2022 tercatat sebesar 73,67%. Adapun penggunaan tenaga kerja terindikasi melambat meski masih berada dalam fase ekspansi. Sementara itu, kondisi keuangan dunia usaha terindikasi masih cukup baik dari aspek likuiditas dan rentabilitas, disertai dengan akses pembiayaan yang lebih mudah.
Pada triwulan IV 2022, responden memprakirakan kegiatan usaha kembali melambat dengan SBT sebesar 12,63%. Kinerja kegiatan usaha yang diprakirakan tetap kuat pada kuartal IV terjadi pada beberapa sektor utama, yakni sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Pengangkutan dan Komunikasi sejalan dengan permintaan dalam negeri yang diprakirakan meningkat saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal.
(baca: Manufaktur Sejumlah Negara Asia Masih Ekspansif, Bagaimana Indonesia?)