Jepang merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Namun, kini mereka sedang mengalami resesi.
Hal ini terindikasi dari pertumbuhan ekonominya yang negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Berdasarkan laporan Kantor Kabinet Pemerintah Jepang, pada kuartal III 2023 pertumbuhan ekonomi mereka minus 3,3% (quarter-to-quarter, annualized).
Kemudian pada kuartal IV 2023 capaiannya kembali minus 0,4% (quarter-to-quarter, annualized) seperti terlihat pada grafik.
Menurut laporan Japan’s Economy Slips Into Recession and to No. 4 in Global Ranking dari New York Times (15/2/2024) ada banyak faktor yang memicu resesi Jepang.
Faktor tersebut mencakup perlambatan belanja perusahaan, penurunan belanja konsumen, laju inflasi tinggi, serta melemahnya mata uang yen.
Menurut Shinichiro Kobayashi, ekonom dari Mitsubishi UFJ Research and Consulting, perekonomian Jepang saat ini juga terpolarisasi karena kenaikan harga barang dan upah yang tidak seimbang.
"Saat keuntungan korporasi melonjak, harga barang juga naik, tapi upah tidak bisa mengimbangi dan konsumen enggan berbelanja," kata Kobayashi, dilansir New York Times (15/2/2024).
"Pertanyaan besarnya adalah, apakah pekerja Jepang dapat memperoleh kenaikan gaji yang berarti pada tahun ini. Keputusan ada di tangan korporasi," ujarnya.
(Baca: Thailand Terancam Krisis, Warganya Banyak Utang)