Menurut riset Google, Temasek, dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sampai 2030.
Pada 2022 nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$77 miliar. Nilai tersebut diprediksi terus naik dengan compounded annual growth rate (CAGR) 19%, hingga mencapai kisaran US$220 miliar-US$236 miliar pada 2030.
Di bawah Indonesia ada Vietnam, yang ekonomi digitalnya diperkirakan memiliki CAGR 31% dan mampu mencapai US$120 miliar-US$200 miliar pada 2030.
Kemudian ekonomi digital Filipina diprediksi memiliki CAGR 20% dan mampu menyentuh US$100 miliar-US$150 miliar pada 2030.
Kendati proyeksinya secara umum baik, Google, Temasek, dan Bain & Company menilai ekonomi digital Asia Tenggara tak akan tumbuh maksimal tanpa adanya inklusi bagi konsumen berpenghasilan rendah dan masyarakat sub-urban.
Mereka juga menilai keberlanjutan pertumbuhan akan sangat bergantung pada tata kelola lingkungan hidup dan sosial yang baik.
"Ekonomi digital Asia Tenggara diperkirakan menghasilkan 20 juta ton emisi pada tahun 2030. Ini cukup signifikan, meski jumlahnya masih lebih rendah dibanding sektor lain. Sejumlah pelaku usaha digital telah meluncurkan inisiatif pengurangan emisi dan daur ulang, tapi masih banyak yang bisa dilakukan untuk memberi dampak lebih besar," kata mereka.
"Di bidang sosial, ekonomi digital telah menciptakan 160 ribu pekerjaan berketerampilan tinggi, mendukung hampir 30 juta pekerjaan secara tidak langsung, dan membantu bisnis lebih dari 20 juta pedagang dan 6 juta restoran. Perlu ada dialog seputar kesejahteraan mitra pekerja," lanjutnya.
(Baca: Ini Nilai Ekonomi Digital Indonesia Tahun 2022 menurut Google)