Nilai ekonomi internet (Gross Merchandise Value/GMV) di negara-negara kawasan Asia Tenggara pada 2015 baru sebesar US$ 32 miliar atau sekitar 1,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kemudian tumbuh menjadi US$ 72 miliar atau 2,8% terhadap PDB pada 2018 dan diprediksi akan meningkat menjadi US$ 240 miliar atau sebesar 8% terhadap PDB kawasan pada 2025. Besarnya nilai transaksi tersebut ditopang oleh tumbuhnya permintaan berlangganan layanan video dan musik berlangganan serta sektor lainnya.
Bila dibandingkan dengan ekonomi internet Amerika Serikat (AS) yang telah mencapai 6,5%, GMV kawasan Asia Tenggara masih tertinggal namun perbedaannya kian menyempit pada 2018. Ekonomi internet di Vietnam paling cepat berkembang dan telah mencapai 4% dari PDB negara tersebut. Sementara potensi yang masih cukup besar untuk tumbuh adalah Filipina yang saat ini baru mencapai 1,6% dari total perekonomian negara tersebut.
Sementara internet ekonomi Indonesia sebesar 2,9% terhadap PDB dan berada di posisi ketiga di kawasan. Nilai transaksi ekonomi Indonesia berbasis layanan online pada 2018 mencapai US$ 27 miliar, tumbuh 49% (CAGR) dari posisi 2015, tercepat di kawasan. Didukung oleh pengguna internet yang mencapai 150 juta, ekonomi internet Indonesia akan tumbuh menjadi US$ 100 miliar atau setara Rp 1.440 triliun pada 2025.