Dua negara tetangga Indonesia, yaitu Thailand dan Kamboja, sedang berada di tengah konflik mematikan.
Menurut studi International Crisis Group, Thailand dan Kamboja sudah bersengketa soal perbatasan wilayah setidaknya sejak tahun 1950-an.
Sengketa lama itu pun mencuat lagi hingga meruncing menjadi bentrokan militer pada tahun ini.
Merujuk pemberitaan media massa Kamboja, Khmer Times, selama periode 7-22 Desember 2025, bentrokan ini sudah menewaskan 21 warga sipil Kamboja dan membuat 83 orang luka-luka.
"Saat ini lebih dari setengah juta warga Kamboja, termasuk perempuan dan anak-anak, menderita kesulitan akibat pengungsian paksa dari rumah dan sekolah mereka untuk menghindari tembakan artileri, roket, dan bombardir udara yang dilakukan pesawat F-16 Thailand," kata Khmer Times, Selasa (23/12/2025).
"Pasukan Kamboja akan terus memantau keadaan dengan cermat, sigap, dan waspada dalam menjalankan peran untuk melindungi integritas teritorial dan martabat Kamboja," kata Khmer Times.
(Baca: Peristiwa Konflik Global Meningkat dalam Beberapa Tahun Terakhir)
Adapun berdasarkan data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), dalam beberapa tahun terakhir Kamboja mendapat paling banyak kiriman senjata dari China.
Selama periode 2010-2024, SIPRI menemukan ada 10 kontrak pengiriman senjata dari China ke Kamboja.
Kontrak tersebut berisi kesepakatan pengiriman beragam perlengkapan militer, mulai dari rudal, peluncur roket, helikopter, sampai pesawat terbang untuk transportasi tentara.
Negara lain yang tercatat memiliki kontrak pengiriman senjata ke Kamboja adalah Bulgaria, Ceko, Slovakia, Ukraina, Kanada, Italia, Qatar, Rusia, dan Serbia, seperti terlihat pada grafik.
SIPRI mengumpulkan data ini dari sumber-sumber yang bisa diakses publik, mulai dari pemberitaan media massa, laporan perusahaan senjata, laporan ekspor-impor senjata, laporan lembaga pemerintah, serta laporan organisasi internasional seperti The United Nations Register of Conventional Arms.
(Baca: 10 Negara Eksportir Senjata Terbesar di Dunia)