Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan, Indeks Menabung Konsumen (IMK) Indonesia berada di level 83,8 poin. Angka ini menguat 4,8 poin dari Mei 2025 yang sebesar 79 poin.
Secara historis, IMK pada Juni 2025 menjadi yang tertinggi selama setahun terakhir. Adapun skor IMK terendah dalam setahun ini jatuh pada November 2024 yang sebesar 77 poin.
LPS menjelaskan, pergerakan IMK pada sebagian besar kelompok pendapatan rumah tangga (RT) cenderung menguat pada Juni 2025.
Peningkatan terbesar IMK terlihat pada kelompok rumah tangga (RT) berpendapatan hingga Rp1,5 juta per bulan, naik 14,7 poin secara bulanan (month-on-month/mom). RT berpendapatan Rp3 juta—Rp7 juta per bulan naik 7,2 poin (mom).
IMK kelompok RT dengan pendapatan di atas Rp7 juta per bulan masih konsisten berada di atas level 100 dan mencatatkan peningkatan atau naik 7,2 poin.
Khusus kelompok RT dengan pendapatan di atas Rp1,5 juta–Rp3 juta, IMK tercatat melemah 1 poin.
LPS juga merilis, komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) menguat sebesar 2,4 poin pada periode yang sama ke level 95,3. Sejurus itu, Indeks Intensitas Menabung (IIM) naik sebesar 7,2 poin ke level 72,4.
“Terkait dengan komponen IIM, sebanyak 73,3% responden Survei Konsumen dan Perekonomian atau KP LPS menyatakan pernah menabung,” kata Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono di Jakarta, Selasa (1/7/2025), dikutip dari laman LPS.
Meski indeks menabung menguat, tetapi responden mengaku nilai yang ditabung lebih kecil dari yang direncanakan, yaitu dari 56,7% responden pada Mei 2025 menjadi 52,5% responden pada Juni 2025.
Sementara pada komponen IWM, persentase responden yang menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menabung tercatat sedikit menurun dari 29% pada Mei 2025 menjadi 28,9% pada Juni 2025.
Sebaliknya, persentase responden yang menyatakan bahwa tiga bulan mendatang merupakan waktu yang tepat untuk menabung tercatat meningkat, yaitu dari 39,8% menjadi 42,6% pada periode yang sama.
“Perkembangan ini mencerminkan rencana dan intensitas menabung yang cenderung membaik, sejalan dengan pemberian stimulus ekonomi (diskon tarif transportasi selama libur sekolah, bansos, dan subsidi upah) yang membantu daya beli rumah tangga dalam jangka pendek,” tambahnya.
(Baca: Survei BI Mei 2025: Masyarakat Pesimistis atas Lapangan Pekerjaan)