APBN Indonesia Defisit Rp21 Triliun sampai Mei 2025

Menurut laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia pada Mei 2025 defisit Rp21 triliun.

Nilai defisit APBN ini setara 0,09% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan angka tersebut masih di bawah target UU APBN 2025, yang menetapkan batas defisit tahun ini senilai Rp616,2 triliun atau 2,53% dari PDB.

"Kalau kita lihat di UU APBN, defisit Rp21 triliun ini masih sangat kecil. Namun, kita tetap akan memantau pelaksanaan APBN ke depan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (17/6/2025).

Ia menjelaskan, defisit APBN memiliki fungsi counter-cyclical, yaitu menopang perekonomian yang sedang tertekan dan melemah, untuk meminimalkan dampaknya bagi masyarakat.

Adapun defisit APBN Indonesia terjadi karena pendapatan negara tidak mengimbangi belanjanya.

Sampai akhir Mei 2025, realisasi pendapatan negara senilai Rp995,3 triliun, setara 33,1% dari target APBN tahun ini.

Pendapatan ini berasal dari penerimaan perpajakan Rp806,2 triliun (32,4% dari target), serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp188,7 triliun (36,7% dari target).

Sementara realisasi belanja negara mencapai Rp1.016,3 triliun (28,1% dari target).

Belanja ini terdiri atas belanja pemerintah pusat, yakni belanja kementerian/lembaga (K/L) dan non-K/L senilai Rp694,2 triliun (25,7% dari target), serta transfer ke daerah Rp322 triliun (35% dari target).

(Baca: Program Prabowo Serap APBN Rp446 T, Kopdes Merah Putih Terbesar)