Perang antara Israel dan Iran berkecamuk lagi. Pada Jumat (13/6/2025), Israel melakukan serangan udara ke fasilitas nuklir, militer, dan infrastruktur Iran.
Kemudian pada Sabtu (14/6/2025), Iran balas meluncurkan rudal ke Israel. Aksi saling serang ini masih berlanjut hingga sekarang.
"Israel dan Iran terkunci dalam eskalasi pertukaran rudal, yang menargetkan infrastruktur keamanan dan ekonomi satu sama lain, sekaligus menyerang pusat-pusat penduduk," kata wartawan AlJazeera, Minggu (15/6/2025).
Mengutip pemberitaan CNN, sejak awal serangan sampai Minggu (15/6/2025), Israel telah menewaskan 224 warga Iran dan membuat 1.277 orang terluka.
Di sisi lain, serangan Iran telah menewaskan 17 warga Israel dan membuat belasan orang luka-luka.
(Baca: Timur Tengah, Pusat Cadangan Minyak Dunia)
Menurut data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), ada tiga negara yang tercatat menjadi pemasok senjata untuk Iran, yakni Rusia, China, dan Belarus.
Selama periode 2010-2024, SIPRI menemukan ada 11 kontrak pengiriman senjata dari Rusia ke Iran.
Senjata yang dikirim beragam, di antaranya radar, rudal tipe surface-to-air-missile (SAM), kendaraan tempur infanteri, rudal penghancur tank, serta pesawat tempur latihan.
Dalam periode sama, ada pula 7 kontrak pengiriman senjata ke Iran yang berasal dari China, dan 1 kontrak pengiriman dari Belarus.
Jenis senjata yang dikirim China umumnya misil dan kendaraan tempur, sedangkan yang dikirim Belarus berupa sistem radar.
SIPRI mengumpulkan data ini dari sumber-sumber yang bisa diakses publik, mulai dari pemberitaan media massa, laporan perusahaan senjata, laporan ekspor-impor senjata, laporan lembaga pemerintah, serta laporan organisasi internasional seperti The United Nations Register of Conventional Arms.
(Baca: Ini Deretan Konflik Timur Tengah yang Guncang Pasar Minyak Global)