Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan, realisasi belanja negara mencapai Rp1.930,7 triliun hingga Agustus 2024.
Nilai tersebut sudah memenuhi 58,1% dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Belanja Agustus 2024 juga naik 15,3% dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023 sebesar Rp1.674,7 triliun.
Berdasarkan komponennya, belanja negara terbagi atas dua bagian, yakni belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah.
Belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.368,5 triliun per Agustus 2024, naik 16,9% (yoy) dari Agustus 2023 yang sebesar Rp1.170,8 triliun.
Belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar Rp703,3 triliun (+20,9% yoy) dan belanja non-K/L sebesar Rp665,2 triliun (+12,9% yoy) per Agustus 2024.
Sementara itu transfer ke daerah terbukukan sebesar Rp562,1 triliun per Agustus 2024. Naik 11,6% (yoy) dari Agustus 2023 yang sebesar Rp503,9 triliun.
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, naiknya belanja negara ini dipengaruhi oleh kebutuhan pemilu serta bantuan sosial (bansos). "Itu semuanya menyebabkan belanja negara meningkat dan double digit," kata dia dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (23/9/2024).
Bengkaknya belanja negara yang tak diseimbangkan dengan naiknya pendapatan negara membuat APBN menjadi defisit. Defisit APBN tercatat sebesar Rp153,7 triliun sejak awal tahun hingga akhir Agustus 2024.
"Defisit masih on track dengan APBN 2024. Saat ini [defisit] sebesar 0,68% dari produk domestik bruto (PDB)," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani
Adapun realisasi pendapatan negara sampai akhir Agustus 2024 turun 2,5% (yoy) menjadi Rp1.777 triliun, setara 63,4% dari target APBN tahun ini yang totalnya Rp2.802,3 triliun.
Kendati demikian, bendahara negara itu menyebut keseimbangan primer hingga Agustus 2024 masih mengalami surplus sebesar Rp161,8 triliun.
(Baca juga: Belanja Negara Meningkat, APBN Defisit pada Agustus 2024)