Menurut Global Hunger Index (GHI), kelaparan di Indonesia sudah berkurang dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2023 Indonesia memiliki skor indeks kelaparan 17,6 dari skala 100, rekor kelaparan terendah sejak tahun 2000.
(Baca: Ketahanan Pangan Indonesia Menguat pada 2022)
GHI mengukur tingkat kelaparan di suatu negara berdasarkan 4 indikator, yaitu:
- Prevalensi kurang gizi (undernourishment);
- Prevalensi anak dengan tinggi badan di bawah rata-rata/kerdil (child stunting);
- Prevalensi anak dengan berat badan di bawah rata-rata/kurus (child wasting); dan
- Angka kematian anak (child mortality).
Berbagai indikator ini kemudian dirumuskan menjadi skor berskala 0—100. Makin tinggi skornya, kondisi kelaparan di suatu negara diasumsikan semakin buruk.
Berikut rincian kategori tingkat kelaparan menurut skor GHI:
- Skor 0—9,9: Tingkat kelaparan rendah
- Skor 10—19,9: Tingkat kelaparan sedang
- Skor 20—34,9: Tingkat kelaparan serius
- Skor 35—49,9: Tingkat kelaparan mengkhawatirkan
- Skor 50—100: Tingkat kelaparan sangat mengkhawatirkan/ekstrem
Berdasarkan kategorisasi tersebut, selama periode 2000—2015 tingkat kelaparan di Indonesia tergolong "serius", dengan skor GHI di atas 20.
Lantas pada 2023 skornya berhasil turun menjadi 17,6, masuk kategori kelaparan "sedang".
Kendati ada perbaikan, skor GHI Indonesia ini masih tergolong buruk dibanding negara-negara lain.
Secara global, pada 2023 tingkat kelaparan Indonesia tertinggi (atau terburuk) ke-50 dari 125 negara.
Kemudian secara regional, tingkat kelaparan Indonesia tertinggi (atau terburuk) ke-2 dari 9 negara Asia Tenggara yang tercatat di basis data GHI.
(Baca: Banyak Makanan Terbuang di Indonesia, Nilainya di Atas Rp200 Triliun per Tahun)