Pemerintah memprediksi subsidi energi pada tahun ini bakal membengkak seiring naiknya harga minyak mentah dunia, tarif daya listrik (tdl) yang tidak mengalami kenaikan serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Seperti diketahui, dalam asumsi makro APBN 2018 harga minyak mentah Indonesia (ICP) di patok US$ 48/barel dan nilai tukar rupiah di level Rp 13.400/dolar AS. Namun, saat ini harga minyak mentah jenis Brent telah berada di US$ 71,8/barel dan rupiah ditransaksikan Rp 14.400/dolar AS.
Dalam laporan pemerintah tentang APBN 2018, realisasi belanja subsidi sepanjang semester I 2018 mencapai Rp 73,94 triliun atau sekitar 47,3% dari APBN. Jumlah tersebut terdiri dari subsidi energi sebesar Rp 59,51 triliun dan subsidi noneergi Rp 14,43 triliun. Sementara untuk prognosis semester II, subsidi energi sebesar Rp 103,98 triliun sementara subsidi nonenergi mencapai Rp 50,22 triliun.
Subsidi energi pada tahun ini diprediksi (outlook) melonjak Rp 68,97 triliun menjadi Rp 163,49 triliun atau sebesar 173% dari APBN. Sementara subsidi nonenergi naik Rp 2,95 triliun menjadi Rp 64,65 triliun atau 104,78% dari APBN. Alhasil, total subsidi pemerintah tahun ini akan meningkat Rp 71,86 triliun menjadi Rp 228,15 triliun atau 145,98% dari APBN.