Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis point (bps) menjadi 0,25% pada Rabu (16/3/2022). The Fed menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi yang tinggi dalam 1 tahun terakhir.
Kenaikan tersebut merupakan yang pertama kalinya sejak akhir 2018, setelah The Fed menaikkan suku bunga acuannya ke level 2,5%. Kenaikan tersebut juga merupakan yang pertama kalinya sejak Maret 2020, setelah The Fed memangkas suku bunga acuannya ke level terendahnya di 0,25%.
(Baca: Inflasi Amerika Serikat pada Februari 2022 Capai 7,9% (YoY))
Berdasarkan Biro Statistik Tenagakerja AS (BLS), pada Februari 2022 terjadi inflasi 0,8% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month to month/m-to-m). Jika dibandingkan dengan Februari 2021, laju inflasi di Negeri Adi Daya tersebut telah mencapai 7,9% (Year on year/YoY).
Ekonomi global yang mulai menggeliat dan seiring meredanya dampak pandemi Covid-19 membuat permintaan komoditas dunia meningkat. Imbasnya, harga-harga komoditas dunia bergerak naik, terutama komoditas energi. Kini, kondisi tersebut ditambah dengan terjadinya ketegangan antara Rusia dengan Ukraina.
(Baca: Ngeri! Inflasi Komoditas Energi Amerika Serikat Capai 37,9% (YoY) pada Februari 2022)
Naiknya harga minyak membuat inflasi energi pada Februari 2022 mencapai 25,6% (YoY). Adapun inflasi komoditas energi mencapai 37,9% (YoY), dengna inflasi gasoline (bensin) mencapai 38% (YoY) dan fuel oil (bahan bakar diesel) mencapai 43,6% (YoY).
Sementara dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 16-17 Maret 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5%. Keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai rukar rupiah dan terkendalinya inflasi serta upaya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.