Ekonomi DKI Jakarta kembali tumbuh seiring meredanya kasus Covid-19 meski kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat masih berlangsung. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Jakarta yang diukur menurut besaran produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 tumbuh 2,43% pada kuartal III-2021 dibanding kuartal III-2020 (year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut lebih lambat dibanding triwulan II-2021 yang tumbuh 10,94% (yoy).
Rinciannya, pengeluaran komponen ekspor barang-barang dan jasa-jasa mencatat pertumbuhan terbesar pada kuartal III tahun ini, yakni mencapai 19,06% (yoy). Demikian pula komponen impor barang-barang dan jasa-jasa yang menjadi komponen pengurang PDRB juga tumbuh 18,3% (yoy).
Kemudian, komponen pengeluaran pemerintah tumbuh 6,97%, diikuti komponen konsumsi rumah tangga tumbuh 4,57% (yoy). Demikian pula komponen pengeluaran pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan komponen lembaga non profit rumah tangga tumbuh masing-masing sebesar 1,29% dan 0,25%.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang perekonomian terbesar di Jakarta pada triwulan ketiga tahun ini dengan kontribusi sebesar 61,51% dari total PDRB, diikuti komponen PMTB dengan kontribusi 34,83%.
Sementara perekonomian Jakarta yang diukur PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp 724,8 triliun pada kuartal III-2021. Lapangan usaha industri pengolahan mencatat pertumbuhan terbesar, yakni mencapai 11,85% (yoy). Diikuti lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh 7,97% (yoy) serta penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 7,09% (yoy).
Penopang perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III-2021 adalah sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor dengan kontribusi sebesar 16,69%. Diikuti lapangan usaha industri pengolahan sebesar 12,5% serta lapangan usaha konstruksi dengan kontribusi 11,31%.
(Baca: Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Tumbuh 1,03% pada Kuartal III-2021)