Bank Indonesia (BI) memperkirakan Indeks Penjualan Riil (IPR) nasional turun dari level 204,07 pada Agustus 2023, menjadi 200,2 pada September 2023.
IPR adalah indikator konsumsi rumah tangga yang dipantau melalui kinerja pedagang retail atau pengecer.
(Baca: Ritel Tradisional Dominasi Usaha Penjualan Eceran di Indonesia)
Saat angka IPR naik, penjualan riil pedagang retail diasumsikan meningkat, yang mengindikasikan pula adanya kenaikan konsumsi masyarakat.
Sebaliknya, jika angka IPR turun, maka penjualan retail dan konsumsi masyarakat diasumsikan berkurang.
BI menyusun IPR berdasarkan hasil survei terhadap sekitar 700 responden dari kalangan pedagang retail di pasar modern (supermarket dan hypermarket) dan pasar tradisional.
Respondennya tersebar di 9 kota, yakni DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Medan.
Survei tersebut mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif, mencakup omzet bulanan para pedagang serta pendapat mereka mengenai perkembangan harga.
Hasilnya, BI memperkirakan angka IPR pada September 2023 turun 1,9% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month), sekaligus mencapai level terendah sejak awal tahun ini.
Berdasarkan data BI, penurunan indeks penjualan secara bulanan terjadi di semua sektor retail yang disurvei, yakni suku cadang dan aksesori; makanan, minuman dan tembakau; bahan bakar kendaraan bermotor; peralatan informasi dan komunikasi; perlengkapan rumah tangga; barang budaya dan rekreasi; serta barang lainnya.
Namun, jika dibandingkan dengan September 2022, indeks penjualan pada September tahun ini sedikit lebih baik, yakni tumbuh 1% (year-on-year).
(Baca: Sempat Turun, Pengunjung E-Commerce Naik Lagi saat Ramadan)