Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi sebesar 0,09% pada November 2022 dari bulan sebelumnya (month to month/m-to-m) dengan indeks harga konsumen (IHK) berada di level 112,85. Inflasi ini merupakan level terendah dalam empat bulan terakhir.
Jika dibandingkan dengan November 2021, terjadi inflasi sebesar 5,42% (year on year/yoy). Adapun secara akumulasi sepanjang Januari-November 2022, terjadi inflasi sebesar 4,82% (year to date/ytd).
Inflasi terjadi dipicu oleh beberapa indeks kelompok pengeluaran. Antara lain kelompok pengeluaran pakaian dan alas kaki sebesar 0,12% (m-to-m). Diikuti kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,07% (m-to-m), serta perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,23%. (m-to-m).
Kelompok pengeluaran yang andil inflasi pada November 2022 antara lain: kelompok pengeluaran pakaian dan alas kaksi sebesar 0,01%; perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01% ; serta perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,01%.
Dari 90 kota yang disurvei BPS, sebanyak 62 kota mencatat inflasi dan ada 28 kota yang mencatat deflasi.
Inflasi tertinggi di wilayah Jawa terjadi di Jember, Jawa Timur sebesar 0,81% (m-to-m). Di wilayah Sumatera, inflasi tertinggi terjadi di Tembilahan sebesar 0,21% (m-to-m). Di wilayah Kalimantan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Singkawang sebesar 0,44%.
Adapun inflasi tertinggi di Sulawesi terjadi di Mamuju sebesar 0,42% (m-to-m). Inflasi tertinggi di Bali dan Nusa Tenggara terjadi di Maumere sebesar 0,43% (m-to-m), dan inflasi tertinggi di wilayah Maluku dan Papua terbesar terjadi di Kota Ambon sebesar 1,15% (m-to-m).
(Baca: Inflasi Tahunan Indonesia Turun ke 5,71% pada Oktober 2022)