Keanekaragaman hayati sangat penting bagi planet kita. Namun, selama abad terakhir, dunia telah melihat penurunan keanekaragaman hayati yang belum pernah terjadi sebelumnya dipicu oleh perubahan iklim, hilangnya habitat, eksploitasi berlebihan, polusi, dan pestisida.
Berdasarkan pemerintkatan Global Biodiversity Index 2022 atau Indeks Keanekaragaman Hayati Global 2022 oleh The Swiftest, Brasil nemempati posisi teratas sebagai negara dengan keanekaragaman hayati paling banyak di dunia. Negeri Samba ini memperoleh skor 512.34 dengan jumlah keragaman burung sebanyak 1,816 spesies, amfibi 1,141 spesies, ikan 4,738 spesies, reptil 847 spesies, dan tanaman vaskular 34,387 spesies.
Brasil adalah negara besar dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Dengan luas hampir 3,3 juta mil persegi, ini adalah negara terbesar kelima berdasarkan ukuran, tetapi menempati urutan pertama dalam keanekaragaman hayati (banyak). Bahkan, diperkirakan menjadi rumah bagi hingga 20% dari total keanekaragaman hayati dunia, dengan spesies asli baru yang selalu ditemukan.
Sementara Indonesia berada di peringkat kedua dengan skor 418.78. Indonesia memiliki sebanyak 1,723 jenis burung, 282 jenis amfibi, 4,813 jenis ikan, 729 jenis mamalia, 773 jenis reptil, dan 19,232 jenis tanaman vaskular.
Berikut adalah 10 negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia:
- Brazil
- Indonesia
- Kolumbia
- Cina
- Meksiko
- Australia
- Peru
- India
- Ekuador
- Amerika Serikat
Sebanyak 201 negara yang termasuk dalam penelitian dipilih berdasarkan data yang tersedia. Sayangnya, beberapa negara kekurangan informasi yang mudah ditemukan tentang kategori tertentu terutama dengan tanaman vaskular.
The Swiftest menggunakan pendekatan metode campuran untuk desain penelitiannya dengan enam faktor untuk menentukan skor untuk setiap negara yang menunjukkan keanekaragaman hayatinya, yaitu jumlah jenis burung, jumlah jenis amfibi, jumlah jenis ikan, jumlah jenis mamalia, jumlah jenis reptil, dan jumlah jenis tumbuhan.
(baca: KTT Iklim COP27 Dibuka, 636 Negara Delegasi Hadir Khusus Bahas Isu Fosil)