Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase kemiskinan di Kabupaten Gianyar, Bali, mengalami penurunan. Pada tahun 2024, persentase penduduk miskin tercatat sebesar 4 persen, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4,47 persen. Jumlah penduduk miskin juga menyusut dari 23.760 menjadi 21.450 jiwa. Penurunan ini sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dari 503.546 menjadi 507.746 jiwa.
Kabupaten Gianyar mencatatkan pertumbuhan angka kemiskinan yang fluktuatif sepanjang periode 2004-2024. Persentase kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 7,22 persen, sementara terendah pada tahun 2019 sebesar 3,88 persen. Pertumbuhan angka kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun 2021 sebesar 18,87 persen, dan terendah pada tahun 2005 turun 29,5 persen. Saat ini, dengan persentase 4 persen, Kabupaten Gianyar berada di urutan ke-483 secara nasional.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Aneka Barang dan Jasa di Kab. Dompu 2018 - 2024)
Dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun terakhir (2022-2024) sebesar 4,39 persen, persentase kemiskinan Kabupaten Gianyar saat ini lebih rendah. Begitu pula jika dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (2020-2024) sebesar 4,41 persen. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Gianyar.
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Bali, Kabupaten Gianyar memiliki persentase kemiskinan yang relatif sedang. Kabupaten Bangli memiliki persentase lebih tinggi (5,06 persen), sementara Kota Denpasar memiliki persentase lebih rendah (2,59 persen). Kabupaten Jembrana dan Tabanan juga memiliki persentase yang lebih tinggi, masing-masing 4,51 persen dan 4,4 persen. Kabupaten Badung memiliki persentase terendah yaitu 2,23 persen.
Kabupaten Bangli
Dengan persentase kemiskinan 5,06 persen, Bangli berada di peringkat 441 secara nasional. Jumlah penduduk miskin tercatat 11.790 jiwa dari total penduduk 259.392 jiwa. Garis kemiskinan di Bangli mencapai Rp 465.572,00 per kapita per bulan dengan pendapatan per kapita sebesar Rp 32,28 juta per tahun. Pertumbuhan penduduk Bangli sedikit lebih tinggi, yaitu 1,08 persen, namun pertumbuhan angka kemiskinan mengalami penurunan turun 4,17 persen.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Papua Barat 2015 - 2024)
Kota Denpasar
Kota Denpasar memiliki persentase kemiskinan terendah di antara wilayah yang dibandingkan, yaitu 2,59 persen, menduduki peringkat 507 di Indonesia. Jumlah penduduk miskin mencapai 27.270 jiwa dari total penduduk 670.210 jiwa. Garis kemiskinan di Kota Denpasar adalah yang tertinggi, mencapai Rp 820.512,00 per kapita per bulan. Pendapatan per kapita juga tertinggi, yaitu Rp 86,43 juta per tahun. Pertumbuhan penduduk di Denpasar adalah 1,4 persen, dan pertumbuhan angka kemiskinan mengalami penurunan turun 3,36 persen.
Kabupaten Jembrana
Kabupaten Jembrana memiliki persentase kemiskinan 4,51 persen dan berada di peringkat 460 secara nasional. Jumlah penduduk miskin adalah 12.900 jiwa dari total penduduk 329.353 jiwa. Garis kemiskinan di Jembrana adalah Rp 531.164,00 per kapita per bulan, dengan pendapatan per kapita sebesar Rp 51,73 juta per tahun. Pertumbuhan penduduk di Jembrana adalah 0,57 persen, sementara pertumbuhan angka kemiskinan mengalami penurunan signifikan turun 9,07 persen.
Kabupaten Tabanan
Kabupaten Tabanan memiliki persentase kemiskinan 4,4 persen dan menduduki peringkat 464 secara nasional. Jumlah penduduk miskin mencapai 20.160 jiwa dari total penduduk 476.472 jiwa. Garis kemiskinan di Tabanan adalah Rp 601.963,00 per kapita per bulan. Pendapatan per kapita mencapai Rp 59,12 juta per tahun. Pertumbuhan penduduk di Tabanan adalah 1,09 persen, sementara pertumbuhan angka kemiskinan mengalami penurunan turun 6,38 persen.
Kabupaten Badung
Kabupaten Badung memiliki persentase kemiskinan terendah kedua setelah Denpasar, yaitu 2,23 persen, menempati peringkat 513 di Indonesia. Jumlah penduduk miskin adalah 16.870 jiwa dari total penduduk 532.500 jiwa. Garis kemiskinan di Badung mencapai Rp 737.800,00 per kapita per bulan, dan pendapatan per kapita adalah yang tertinggi di antara kabupaten lain yaitu sebesar Rp 132,09 juta per tahun. Pertumbuhan penduduk di Badung adalah 1,23 persen, sementara pertumbuhan angka kemiskinan mengalami penurunan turun 3,04 persen.