Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), proporsi masyarakat Indonesia yang biasa membaca meningkat dalam beberapa tahun belakangan.
Pada 2018, proporsi penduduk berusia 5 tahun ke atas yang melakukan aktivitas membaca baru 77,94%. Kemudian pada 2021 proporsinya naik menjadi 87,78%.
Adapun dari seluruh penduduk berusia 5 tahun ke atas yang disurvei, mayoritasnya atau 69,93% membaca kitab suci, seperti Al-Qur'an, Tripitaka, Weda, Alkitab, dan sebagainya.
"Angka aktivitas ini (membaca kitab suci) jauh lebih besar dibanding aktivitas membaca jenis bacaan lainnya, seperti koran/surat kabar, majalah/tabloid, buku cerita, buku pelajaran sekolah, buku pengetahuan, dan lainnya," kata BPS dalam laporan Statistik Sosial Budaya 2021.
BPS juga mencatat, kitab suci lebih banyak dibaca oleh responden yang tinggal di perkotaan (73,05%) ketimbang di perdesaan (65,74%).
Pembacanya banyak yang berstatus lulusan perguruan tinggi (80,3%), dibanding lulusan SMA/sederajat (76,1%), SMP/sederajat (73,3%), SD/sederajat (73,7%), tidak tamat SD (64,8%), ataupun yang tidak/belum pernah sekolah (12,7%).
Berdasarkan jenis kelaminnya, pembaca kitab suci lebih banyak berasal dari kalangan perempuan (72,02%), sedangkan laki-laki lebih sedikit (67,84%).
Adapun kitab suci paling umum dibaca oleh responden dari kelompok usia 7-18 tahun (74,95%) dan kelompok usia 45-59 tahun (74,61%). Sementara, yang paling sedikit membaca kitab suci adalah kelompok lansia 60 tahun ke atas (57,2%).
"Menurunnya fungsi indera penglihatan lansia turut menyebabkan aktivitas membaca relatif rendah dibandingkan kelompok usia lainnya, ditambah lagi dengan masih banyaknya lansia yang tidak bisa baca tulis," kata BPS.
(Baca: Tren Penerbitan Buku Melemah, Bagaimana Kondisi Industrinya?)