Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia cenderung meningkat dalam sedekade terakhir.
Nilai IPG pada 2013 hanya sebesar 90,19 poin. Setahun setelahnya naik menjadi 90,34 poin.
Penurunan skor terjadi sedikitnya dua kali dalam sedekade. Skor IPG sempat meroket menjadi 91,03 poin pada 2015, tetapi kemudian ambruk menjadi 90,82 poin pada 2016.
Butuh waktu dua tahun setelahnya untuk kembali mendongkrak nilai menjadi di atas 91 poin.
Penurunan tipis juga pernah terjadi pada 2019-2020, yang semula 91,07 poin menjadi 91,06 poin. Setelahnya, skor IPG konsisten meningkat.
Kini, skor IPG menjadi 91,85 poin pada 2023. Meski sempat mengalami penurunan, skor indeks didominasi dengan peningkatan selama 10 tahun terakhir.
Penilaian ini menggunakan skala 1-100. Semakin tinggi angkanya, semakin dinilai baik pencapaian pembangunan gendernya.
BPS menyebut, IPG merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan memperhatikan ketimpangan gender.
IPG digunakan untuk mengukur pencapaian dalam dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM, namun lebih diarahkan untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.
(Baca juga: Daftar Negara dengan Kesenjangan Gaji Gender Terparah pada 2022)