Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 99 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 13 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (21/12/2024) pukul 11.08 WIB. Dari 99 titik panas terdeteksi, 1 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 97 titik skala sedang, dan 1 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: 10 Daerah dengan Kualitas Udara Paling Bersih di Indonesia, Indramayu Posisi Nomor 1 Pagi Ini)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sulawesi Selatan sebanyak 26 titik. Sulawesi Tenggara menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 21 titik. Maluku Utara berada di posisi ketiga sebanyak 14 titik panas.
Sebanyak 7 titik panas terdeteksi di Papua, Sulawesi Tengah menyusul dengan 6 titik panas, serta Papua Pegunungan dan Kalimantan Selatan masing-masing memiliki 4 dan 4 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Kualitas Udara Balikpapan Paling Bersih di Indonesia Pagi Ini (13/12))