Negara anggota G20 telah berkomitmen mengurangi emisi karbon demi menekan risiko perubahan iklim.
Rincian komitmen beserta target pengurangan emisinya tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contributions (NDC) yang dibuat masing-masing negara.
Namun, menurut laporan riset terbaru United Nations Environment Programme (UNEP), kebijakan yang berlaku di negara-negara G20 saat ini belum cukup kuat untuk mencapai target tersebut.
"Secara kolektif, anggota G20 tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai NDC. Ada kesenjangan antara proyeksi emisi karbon berdasarkan kebijakan saat ini dan proyeksi emisi sesuai target implementasi NDC," kata UNEP dalam Emissions Gap Report 2022.
"Target ambisius memang penting, tapi itu tidak berpengaruh banyak jika tak dibarengi dengan kebijakan yang ambisius dan percepatan implementasi," lanjutnya.
Kebijakan Belum Seiring dengan Target
Berdasarkan target NDC yang sudah dinyatakan per September 2022, secara rata-rata G20 diproyeksikan memiliki emisi 6,9 ton karbon dioksida ekuivalen (tCO2e) per kapita pada 2030.
Namun, berdasarkan kebijakan yang berlaku saat ini (current policies scenario), rata-rata emisi karbon G20 diproyeksikan bakal mencapai 7,3 tCO2e per kapita pada 2030.
Artinya, jika kebijakan G20 saat ini tidak diubah, target pengurangan emisi karbon yang ditetapkan dalam NDC tidak akan tercapai.
Masalah serupa terjadi di negara-negara G20 secara individual.
Australia, misalnya. Berdasarkan target NDC, emisi karbon Australia diproyeksikan mencapai 12,2 tCO2e per kapita pada 2030. Namun, jika dihitung berdasar kebijakan yang berlaku di Australia saat ini, emisinya bakal naik menjadi 16,8 tCO2e per kapita.
Problem itu juga ditemukan di negara anggota G20 lainnya, yaitu Kanada, Tiongkok, Amerika Serikat, Korea Selatan, Argentina, Jepang, Brasil, Afrika Selatan, Uni Eropa (termasuk Italia, Jerman, Prancis), Inggris, dan India dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
Kasus berbeda ditemukan di Arab Saudi, Turki, Rusia, Meksiko, dan Indonesia.
Menurut data UNEP, proyeksi emisi karbon yang ditargetkan NDC Arab Saudi sudah sejalan dengan kebijakan negaranya saat ini. Namun, emisi karbon per kapitanya paling tinggi dibanding negara G20 lain.
Sedangkan di Turki, Rusia, Meksiko, dan Indonesia, bukannya berkurang, emisi karbon yang ditargetkan NDC-nya secara per kapita malah lebih tinggi dari kebijakan saat ini.
"Negara yang diproyeksikan memenuhi NDC adalah negara yang belum memperbarui, belum memperkuat, atau hanya sedikit memperkuat NDC mereka," kata UNEP.
"Sedangkan negara yang proyeksi emisi NDC-nya meningkat dibanding kebijakan saat ini memerlukan perubahan kebijakan dan investasi lebih lanjut untuk mencapai pengurangan emisi," lanjutnya.
Bukan hanya G20, UNEP juga menilai target yang ditetapkan dalam NDC negara-negara di seluruh dunia saat ini hanya mampu mengurangi emisi karbon global sekitar 5% sampai 10%.
Padahal, menurut UNEP, emisi karbon di seluruh dunia harus dikurangi sekitar 45% untuk menahan laju pemanasan global.
"Transformasi ekonomi skala besar diperlukan untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius, dan lebih baik lagi jika di bawah 1,5 derajat Celsius. Setiap derajatnya sangat berarti," kata UNEP.
(Baca: Meski Ada Perjanjian Paris, Pembiayaan Energi Fosil G20 Tetap Tinggi)