Menurut data European Commission, volume emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2022 mencapai 1.152 juta ton karbon dioksida ekuivalen (Mt CO2eq), sekitar 2,2% dari total emisi gas rumah kaca global.
Emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2022 meningkat 7% dibanding 2021 (year-on-year), sekaligus menjadi rekor tertinggi baru.
Emisi gas rumah kaca yang dicatat European Commission adalah gabungan dari emisi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), dan gas terfluorinasi (F gases).
Adapun data ini baru mencakup emisi dari sektor pembangkit listrik, transportasi, pembakaran energi untuk industri, pertanian, eksploitasi bahan bakar fosil (pertambangan, produksi, dan pengolahan), proses industri (seperti proses produksi semen, pengolahan logam, produk kimia, dll), pembakaran energi untuk bangunan non-industri, dan sektor limbah.
Sedangkan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan atau land use, land-use change, and forestry (LULUCF) belum termasuk.
(Baca: Emisi Gas Rumah Kaca Global Naik Lagi pada 2022, Rekor Tertinggi Baru)
Jika dilihat dari sumbernya, emisi gas rumah kaca Indonesia sepanjang 2022 paling banyak berasal dari eksploitasi bahan bakar fosil (pertambangan, produksi, dan pengolahan).
Berikut rincian volume emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2022 berdasarkan sektor, diurutkan dari penyumbang emisi terbesar:
- Eksploitasi bahan bakar fosil: 262,0 Mt CO2eq (menyumbang 22,7% terhadap total emisi gas rumah kaca nasional)
- Pembangkit listrik: 256,9 Mt CO2eq (22,3%)
- Pertanian: 185,8 Mt CO2eq (16,1%)
- Transportasi: 150,0 Mt CO2eq (13,0%)
- Pembakaran energi untuk industri: 143,3 Mt CO2eq (12,4%)
- Proses industri: 68,6 Mt CO2eq (5,9%)
- Limbah: 51,6 Mt CO2eq (4,5%)
- Pembakaran energi untuk bangunan non-industri: 34,5 Gt CO2e (3,0%)
Catatan: Data dalam artikel ini telah diperbarui pada 17 Desember 2024, disesuaikan dengan pembaruan data dari European Commission.
(Baca: Sertifikat Pengurangan Emisi Berharga di Bursa Karbon, Siapa yang Punya?)