Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 63 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 22 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (4/12/2024) pukul 11.10 WIB. Dari 63 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 58 titik skala sedang, dan 2 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Kualitas Udara Kabupaten Tanggerang Paling Bersih di Indonesia Pagi Ini (3/12))
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sulawesi Tengah sebanyak 21 titik. Maluku Utara menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 18 titik. Sulawesi Selatan berada di posisi ketiga sebanyak 6 titik panas.
Sebanyak 6 titik panas terdeteksi di Sumatera Selatan, Riau menyusul dengan 4 titik panas, serta Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat Daya masing-masing memiliki 3 dan 2 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Kualitas Udara Balikpapan Paling Bersih di Indonesia Pagi Ini (25/11))